Penanganan Gangguan Reproduksi
Keberhasilan reproduksi ternak akan sangat mendukung peningkatan populasi ternak. Pada usaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional. Untuk itu diperlukan suatu usaha untuk menangani gangguan reproduksi. Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) (ari-ari tidak keluar), (2) (kesulitan melahirkan) (3) (keguguran), dan (4) kelahiran prematur /sebelum waktunya. Sapi maupun kerbau betina yang mengalami gangguan reproduksi diantaranya memiliki anamnesa sebagai berikut : 1. setelah 14 hari melahirkan; 2. ada discharge/leleran abnormal dari alat kelamin betina; 3. siklus estrus/birahi abnormal; 4. estrus tidak teramati setelah 50 hari melahirkan; 5. dikawinkan 2x tidak bunting; 6. setelah 2 bulan di kawin suntik (IB); 7. sapi bunting >280 hari; 8. sapi abortus, premature dan lahir mati Gangguan reproduksi tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap penurunan pendapatan peternak; umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : (1). penyakit reproduksi, (2) buruknya sistem pemeliharaan, (3) tingkat kegagalan kebuntingan dan (4) masih adanya pengulangan inseminasi, yang kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi.
|
Forum
Tidak ada forum di layanan ini.